Kamis, 28 Juni 2012

Indra Penglihatan



Nama                          : Nurhalimah             Nama Asisten             : Hana
Npm                            : 15511349                  Paraf  Asisten            :
Tanggal Pemeriksa   : 21 Juni 2012

 


LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL


I.                   Percobaan                                          : Indra Penglihatan                                       
            Nama Percobaan                               : Aliran darah pada retina (peristiwa
                                                                          entropis =>peristiwa bergeraknya
                                                                          pembuluh)
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah
Tempat Percobaan                            : Laboratorium Psikologi Faal

a.      Tujuan Percobaan                : Untuk mengetahui serta memahami
  reaksi – reaksi pada pupil mata.
b.      Dasar Teori                            : Pupil adalah celah lingkaran yang
dibentuk oleh iris, dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat.
Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.
Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil. Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan berakomodasi disebut tempo akomodasi.
Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya kan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas.
c.       Alat yang Digunakan            : Cermin, sedotan dan senter
d.      Jalannya Percobaan             : 1a. Pertama senter mata dengan
jarak jauh dan dekat, dan rasakan apakah ada perubahan.
1b. Arahkan cahaya senter kearah mata  lalu lihat cahaya melalui lubang sedotan.
1c. Arahkan cahaya ke kaca lalu dari kaca arahkan kemata apakah ada perubahan dari pupil.
e.       Hasil Percobaan                    : 1a. Apabila senter di dekatkan
maka pupil mengecil, dan jika di jauhkan maka pupil membesar.
1b. Pupil mengecil.
1c. Pupil menjadi mengecil.
f.       Kesimpulan                               : 1. Pupil adalah celah lingkaran yang
dibentuk oleh iris, yang dapat mengecil dan membesar.
2. Pupil dapat melebar pada tempat yang gelap dan mengecil pada tempat yang terang.
3. Refleks pupil adalah peristiwa mengecilnya pupil karena diberikan rangsangan cahaya.
4. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mencembungkan yang terjadi akibat kontraksi otot siliari.
g.       Daftar Pustaka                     : Chietra. 2008. Laporan Pratikum

Pearce, Evelyn C. (2010). Anatomi dan fisiologisuntuk paramedic Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Media.

Guyton , A.C . 1990 . Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta : CV. EGC

Nama Percobaan                               : Aliran darah pada retina ( peristiwa      
  entropis )                                          
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah                          
Tempat Percobaan                            : Labolatiriun Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan                : Untuk melihat bahwa pada mata
terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembulu darah arteri atau vena.
b.   Dasar Teori                             : Pembuluh darah adalah bagian dari
sistem peredaran darah yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis utama dari pembuluh darah : pada arteri, yang membawa darah menjauh dari jantung, yang kapiler yang memungkinkan pertukaran aktual air dan bahan kimia antara darah dan jaringan , dan pembuluh darah dari kapilar lembali ke jantung .
Retina mempunyai pembuluh – pembuluh darah. Di tengah – tengah retina adalah saraf optik, sebuah edaran kepada daerah putih berbentuk oval berukuran 2 x 1.5 mm. Dari pusat saraf optik memancarkan pembuluh darah utama dari retina. Sekitar 17 derajat (4, 5-5 mm), atau dua setengah diameter disk di sebelah kiri dari disk. Retina dibelakang mata memerlukan pasokkan darah konstan. Retina mengandung sel saraf yang sensitif terhadap cahaya, batang dan kerucut, yang mengirim impuls saraf sepanjang saraf optik ke otak dengan jaringan yang menghubungakan dan mengintegrasikan sel-sel.
Ada dua sumber suplai darah keretina yaitu arteri retina pusat dan pembuluh darah choroidal. Koroid menerima aliran darah yang terbesar dan sangat penting untuk pemeliharaan retina luar. Arteri retina sentral memiliki 4 cabang utama di retina manusia. Cabang-cabang arteri intraretinal kemudian memasok tiga lapisan jaringan kapiler.
Entoptic adalah efek visual yang sumbernya adalah dalam mata itu sendiri. Sesuai dengan kondisi cahaya yang jatuh pada mata dapat membuat obyek tertentu terlihat dalam mata iru sendiri. Gambar entoptic memiliki dasar fisik di cor gambar pada retina. Oleh karena itu, efek persepsi yang muncul dari interpretasi gambar otak . Karena dalam gambar entoptic disebabkan oleh fenomena dalam mata pengamat sendiri, mereka berbagi satu fitur dengan ilusi optic dan halusinasi . Pengamat tidak dapat berbagi pandangan langsung dan spesifik dari fenomena dengan orang lain.
Munculnya titik – titik terang kecil bergerak cepat disepanjang berlekuk – lekuk garis dibidang visual, terutama melihat kedalam cahaya biru cerah. Ini adalah efek normal yang dirasakan. Titik – titi sel – sel darah putih dalam kapiler di depan retina dan mata dekat makula. Cahaya biru baik de serap oleh sel –sel darah merah yang mengisi kapiler . Mata dan otak mengedit garis bayangan dari kapiler . Sel darah putih , yang lebih jarang dari pada sel darah merah dan tidak menyerap cahaya biru dengan baik , menciptakan kesenjangan dalam kolom darah , dan kesenjangan ini muncul sebagai titik terang.
c.    Alat Yang Digunakan           : Senter dan kaca reben
d.   Jalannya Percobaan              : 2a. Lirik mata kearah kanan atau
kiri lalu senterkan bagian putih pada mata.
2b. Arahkan cahaya ke mata tetapi mata ditutup dengan kaca reben  dengan mata melirik ke satu arah.
e.    Hasil Percobaan                     : 2a. Pada saat disenter saraf terlihat
jelas.
2b. Saraf mata masih terlihat tetapi tidak sejelas yang pertama.
f.     Kesimpulan                            : Terlihatnya banyang – banyang dari
pembuluh darah didalam retina menunjukkan adanya pembuluh darah dalam retina . Dan terlihat titik – titik putih yang bergerak menunjukkan adanya aliran darah didalam kapiler didalam retina.
g.    Daftar Pustaka                      : Atkinson, R.L dan Atkinson R.C &
Hilgard , E.R . 1996 . Pengantar Psikologi I . Jilid I . Edisi VII . Jakarta : Penerbit Erlangga

Bagian Laboratorium Fakultas Psikologi , Universitas Ahmad Dahlan . 1997 . Buku Pedoman Praktikum Psikologi Faal II . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan 

Wede, carole dan Tavris, carole.2007. Psikologi Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga.       
                               
Nama Percobaan                               : Visus ( ketajaman penglihatan )
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah              
Tempat Percobaan                            : Laboratorium Psikologi Faal

a.      Tujuan Percobaan                : Untuk mengetahui ketajaman
  pengelihatan seseorang.
b.   Dasar Teori                           : Visus adalah ketajaman atau
kejernihan   penglihatan,  sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak.
         Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.
         Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.                     Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior (oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual.         Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual.
c.       Alat Yang Digunakan           : Optotype snellen
d.      Jalannya Percobaan              : Berdiri dengan jarak 3,5 meter dari
Snellen. Mata subjek ditutup    sebelah. Subjek diminta menyebutkan huruf yang ditunjuk mulai dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Kemudian lakukan hal yang sama dengan mata yang sebelahnya
e.       Hasil Percobaan                     : kanan : 15 kiri 15. Dari percobaan
ini, subjek mendapatkan skala 15 pada mata kiri dan kanan. Rumus visus atau ketajaman adalah V= d/D, dimana,
                                                                          V= Visus
d= Jarak Optotype Snellen dengan   subjek
D= Skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca
Hasil dari subjek adalah V= 3,5m/ 15. Artinya dengan jarak 3,5m subjek bisa melihat dengan skala 15.
f.       Kesimpulan                            : Kejernihan penglihatan bergantung
dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensifitas dari interpretasi di otak. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea. Ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil.
g.      Daftar Pustaka                      : Thianren. 2008. Penurunan Visus
Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus. http://fktrisakti.forumcircle.com/viewtopic.php?p=9398. 20 Februari 2010

 Pearce, Evelyn C. (2010). Anatomi dan fisiologisuntuk paramedic Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Media.

Guyton , A.C . 1990 . Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta : CV. EGC
Nama Percobaan                            : Membedakan warna dan pencampuran warna secara objektif
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah                          
Tempat Percobaan                            : Labolatiriun Psikologi Faal

a.      Tujuan Percobaan                  : Untuk mengetahui apakah
seseorang dapat membedakan warna atau buta warna.
b.      Dasar Teori                            : Retina merupakan reseptor bagi
indera penglihatan . Ada proses kerja retina dalam menangkap stimulus cahaya , ada yang disebut dengan kelambatan dari retina , yaitu hal yang disebabkan oleh stimulasi cahaya yang berturut – turut dengan jarak antara stimuli yang sangat dekat , menimbulkan penglihatan chaya yang terus – menerus . Bila frekuensi dari stimuli tidak cukup besar , dapat menimbulkan penglihatan cahaya yang berkelip – kelip . Frekuensi minimal dimana penghantaran cahaya berkelap – kelilp menjadi penglihatan cahaya yang terus – menerus disebut frekuensi fusi.
Sebenarnya hanya ada tiga warna dasar , yaitu warna biru , merah dan hiau . Sedangkan warna lain adalahwarna sekunder atau merupakan pencampuan dari warna – warna dasar tadi . Dalam meliht warna beberapa teori yang digunakan , yaitu :
1. Teori dari young dan helmoltz
Ada tiga warna dasar , yaitu merah , hijau , dan violet yang masing – masing memiliki conus sendiri . Di mana bila ketiga conus ini menerima rangsangan secara bersama – sama , maka yang terlihat adalah warna putih .
2. Teori dari herring
Ada tiga macam substansi photochemist yang memiliki enam macam kualitas yang masing – masing memberikan satu macam sensasi ( jadi ada enam macam sensasi ) .
3. Hukum warna dari grasman
Mata manusia normal dapat melihat tiga atribut cahaya , yaitu : kecerahan , kejenuhan , dan rona . Tiga atribut warna ini denga peragaan yang sederhana : sebuah proyektor dipasang dengan tapis warna memproyeksikan bntik merah dilayar.
Rona adalah atribut bintik yang membedakan dari bintik atau hijau . Kecerahan adalah bintik gayut pada intensitasnya yang dapat diubah dengan mengubah i tensitas pada lampu proyeksi . Kejenuhan menguraikan kemurnian dari rona . Kata mengacu pada rona , kecerahan , dan kejenuhan , yakni dua cirta mempunyai warna yang sama jika mereka mempunyai rona , kecerahan dan kejenuhan yang sama.
Karenia warna mempunyai tiga atribut untuk mencocokkan sauatu warna cuplikan dengan pencampuran dalam jumlah yang sesuai dengan tiga warna baku ( primer ) . Hukum ini dipelajari dengan menggunakan empat proyektor . Satu proyektor untuk memproyeksikan warna – warna primer . Intensitas warna – warna yang cocok dengan warna cuplikan ditentukan secara tunggal oleh intensitas ( tristimulus ) x , y , dan z. Untuk mencocokkannya adlah seperti:
a. Warna primer adalah spektual merah , hijau dan biru. Maka warna dari setiap warna cuplikan dapat dicocokkan oleh campuran warna – warna ini.
b. Sembarang warna dapat diubah diperoleh dengan mencampur dua warna khas yang terletak pada garis lurus yang menghubungakan warna ini dalam diagram mata warna .
c. Warna – warna yang sama mempunyai efek yang sama dalam campuran – campuran , meskipun komposisi spektual mereka berbeda.
Pencampuran warna itu sendiri terbagi dua , yaitu
1.Secara additive
a.Obyektif
Hal ini terjadi diluar mata
b.Subjective
Hanya terjadi didalam mata , dan disebut juga pencampuran kesan penglihatan .
2.Secara substraktif
Saat kita melihat warna , itu sebenarnya adalah bagian dari sinar matahari yag direfleksikan , sedangkan sinar yang diabsorbsi tidak Nampak. Bila dua warna komplementer saling mempengaruhi , maka akan timbul kontras atau pertentangan warna . kontras dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Kontras successif
Jika bayangannya tidak sesuai dengan warna bendanya , akan tetapi dengan warna komplemennya dan terjadi secara tidak bersamaan .
2) Kontras simultan
Terjadi karena pengaruh suatu warna terhadap warna lain dan terjadinya secara bersama – sama .
c.       Alat Yang Digunakan           : Kaca biasa, benang wal berbagai
Warna, kertas berwarna ( merah, kuning dan biru).
d.      Jalannya Percobaan              : 4a. Terdapat benang wal berwarna
(kuning, hijau muda, hijau tua,, pink, merah) disusun datas meja dan ada sekirar sepuluh warna yang digumpalkan ditangan, setelah itu ambil salah satu yang berada ditangan secara cepat dengan menyamakan yang terdapat di atas meja.
4b. Terdapat 3 lembar ketas dengan warna (kuning, merah dan biru). Pasangkan kertas kuning dengan biru, merah dengan kuning, dan biru dengan merah,dengan kedua kertas tersebut letakkan kaca ditengah antara 2 warna dan lihat warna campuran yang terlihat pada kaca.
e.       Hasil Percobaan                     : 4a. dengan 5 kali menyamakan  
warna dan hasilnya benar semua. 4b. kuning biru hasilnya hijau, kuning merah hasilnya orange, dan biru merah hasilnyya ungu.
f.       Kesimpulan                            : Keterlambatan dari retina dapat
disebabkan olestimulasi cahaya yang berturut – turut dengan jarak antara stimuli yang sangat dekat , menimbulakan penglihatan cahaya yang terus – menerus , atau penglihatan yang ditimbulkan oleh suatu cahaya warna lain . Lalu menimbulkan terjadinya pencampuran warna dari cahaya yang atuh ke retina . Terjadinya kontras simultan pada suatu warna lain yang ternyata merupakan warna – warna komplemen dari warna sektor .
g.      Daftar Pustaka                      : Bagian Laboratorium Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan . 1997 . Buku Pedoman Praktikum Psikologi Fa’al II . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan .
Guyton and Hall . 1997 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : CV. EGC

Radioepoetro , R. 1986 . Psikologi Faal I . Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Ranodikoro , S. 1986 . Antropologi.Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Indra Pendengaran

Nama                          : Nurhalimah             Nama Asisten             : Hana
Npm                            : 15511349                  Paraf  Asisten            :
Tanggal Pemeriksa   : 7 Juni 2012

 
LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL




I.                   Percobaan                                          : Indra Pendengaran                                                   Nama Percobaan                               : 1. Percobaan Rine
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah
Tempat Percobaan                            : Laboratorium Psikologi Faal

a.      Tujuan Percobaan                : Untuk membuktikan bahwa
trasmisi melalui udara lebih baik daripada tulang.
b.      Dasar Teori                            : Ada 2 macam tes rinne , yaitu :a.
Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
c.       Alat yang Digunakan            : Garputala
d.      Jalannya Percobaan             : Terdapat 2 garputala, yang pertama
benturkan garputala lalu tempelkan ke atas kepala setelah getaran abis pindahkan ke depan telinga. Lalu yang ke dua benturkan garputala lalu letakan kebelakang telinga lalu setelah getarannya selesai pindahkan kedepan telinga.
e.    Hasil Percobaan                     : Hasil yang petama setelah  terletak
terdapat suara, sedangkan yang kedua dari belakang telinga lalu kekuping tihak terdapat suara.hasil sebenarnya :
1. suara nada garputalayang sudah tidak terdengar ketika diletakan dipuncak kepala, masih tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan digerbang telinga.
2.       suara nada garputala yang sudah tidak terdengar ketika di tempatkan di belakang telinga, masih tetap terdengar ketika garputala itu di tempatkan di gerbang telinga.
          a. semakin besar garputala maka makin beraat suaranya.
          b. garputala dan telinga sejajar maka hantaran suarannya bagus.
          c. pada orang tua, elastisitas membrane kurang bagus, sehingga indra pendengarannya kurang berfungsi dengan baik.
          d. membrane thimpany menggetar malleus, incus, sapes sehingga terdengar suara.
f.       Kesimpulan                                    :  Ada 3 interpretasi dari hasil tes                                                           rinne :                                                                                        1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
g. Daftar Pustaka                                          : Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan                                                   Audiometri,
Miyoso, D.P,. Mewengkang L.N, Aritomoyo, D,.  (2010). Diagnosis Kekurangan   Pendengaran.
Atkinson, R.L,. Atkinson, R.C,. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH, M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.

Nama Percobaan                             : 2. Tempat Sumber Bunyi                                             Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah                                                             Tempat Percobaan                               : Labolatiriun Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan                    : Untuk menentukansumber bunyi.
b.   Dasar Teori                              : Telinga merupakan tempat reseptor
 reseptor pendengaran dan alat untuk keseimbangan terletak . Suara merupakan gelombang mekanik yang rambatannya memerlukan mediu0000 Hz . Telm / zat perantara , misal udara , air , dan benda padat . Manusia dapat mendengar suara pad frekuensi antara 20-20000 getaran per detik ( Hz ) dan tidak dapat mendengar suara di bawah 20 Hz dan di atas 20000 Hz . Telinga terdiri dari :
1.      Telinga luar
Terdiri atas aurikel atau pinna ( daun telinga ) , dan mediusaudiotorius externa ( liang telinga luar ) yang menjorok kedalam menjauhi pinna , serta menghantar getaran suara menuju membrane timpani ( gendang telinga )
2.      Telinga tengah
Atau rongga timpani : adalah bilik kecil yang mengandung udara . Bagian dari telinga tengah adanya tiga tulang telinga , yaitu :
a. Tulang martil ( maleus / hammer )
berbentuk martil dengnan ganggang yang terkait pada membran timpani , sementara kepalanya menjulur kedalam ruang timpani .
b. Landasan ( inkus / anvil )
c. Sanggurdi ( stapes / sirrup )
3. Telinga dalam
Di temukan tingkap jorong yang berupa selaput , rumah siput ( koklea ) , dan saluran gelung . Rumah siput ( koklea ) adalah saluran spiral yang terdiri dari atas skola vestibule ( di bagian dorsa ) , skala media ( bagian tengah ) dan skala tympani ( bagian ventral ) , serta berisi cairan perilimf dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuara saraf . Ujung saraf tersebut peka terhadap getara yang ditimbulkan oleh cairan tersebut . Proses penghantaran suara dapat melalui berbagai medium , yaitu :
a. Penghantaran udara
b. Penghantaran suara melalui tulang
c. Penghantaran tulang telinga tengah
Berkaitan dengan proses pendengaran , kita mengenal beberapa teori , yaitu :
1.      Teori resonansi dan teori tempat
Serabut – serabut dalam membrane basalis dapat disamakan dengan dawai – dawai dan alat musik . Dawai – dawai ini bermacam – macam panjangnya , serta beragam pula frekuensi nadanya . Teori resonansi berbunyi bahwa dawai – dawai akan turut bergetar apabila ada getaran yang masuk . Dawai – dawai yang bergetar biasanya berfrekuensi sama . Dengan demikian teori ini memandang bahwa sebenarnya serabut – serabut itu terlapis satu sama lain , seperti halnya dawai pada gitar .
2. Teori percobaan rine
3. Teori mengenal sumber bunyi
Bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian yang melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka , diatas , ataupun dibelakangnya akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan . Apabila sumber bunyi berada disebelah kiri , maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya . Oleh karena itu timbul kesan bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua tellinga kita , kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi .
Suara adalah sensasi yang di hasilkan bila getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan perengganan dari molekul-molekul yang silih berganti mengenai membran timpani. Telinga mengubah gelombang suara dari luas menjadi potensial aksi nervus
b.   Alat Yang Digunakan           : Pipa Karet
c.    Jalannya Percobaan              : Letakkan pipa karet kedalam
telinga kanan dan kiri, lalu ditekan bagian mana saja dan baru ketahui letak ditekan.suara itu.
d.   Hasil Percobaan                     : Saya menebak 1. Kiri 2. Kanan 3.
  Kanan, hasil sebenarnya : 1. Kiri 2.                Tengah 3. Kakan.                             
  Hasil sebenarnya Pipa karet :
1.      Jika masih bias membedakan kanan dan kiti berarti normal.
2.      Membedakan bagian yang tengah sangat sulit.
e.    Kesimpulan                            : Bila pendengar mendengar lebih
keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
f.     Daftar Pustaka                      :  NN. (2007). Si Penyebab Kepala
Berputar. http://www.majalah-farmacia.com/. 06 Maret 2010. 16.39.

Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri,

Miyoso,  D.P,.           Mewengkang L.N, Aritomoyo,  D,.  (2010). Diagnosis Kekurangan Pendengaran. 
        
Nama Percobaan                            : 3. Ketajaman Pendengara                                             Nama Subjek Percobaan                : Nurhalimah                                                                Tempat Percobaan                            : Labolatiriun Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan                : Untuk memeriksa ketajaman
  pendengaran.
b.   Dasar Teori                            : Telinga merupakan tempat reseptor
– reseptor pendengaran dan alat untuk keseimbangan terletak . Suara merupakan gelombang mekanik yang rambatannya memerlukan mediu0000 Hz . Telm / zat perantara , misal udara , air , dan benda padat . Manusia dapat mendengar suara pad frekuensi antara 20-20000 getaran per detik ( Hz ) dan tidak dapat mendengar suara di bawah 20 Hz dan di atas 20000 Hz . Telinga terdiri dari :
1. Telinga luar
Terdiri atas aurikel atau pinna ( daun telinga ) , dan mediusaudiotorius externa ( liang telinga luar ) yang menjorok kedalam menjauhi pinna , serta menghantar getaran suara menuju membrane timpani ( gendang telinga )
2. Telinga tengah
Atau rongga timpani : adalah bilik kecil yang mengandung udara . Bagian dari telinga tengah adanya tiga tulang telinga , yaitu :
a. Tulang marti( maleus / hammer ) b. Landasan ( inkus / anvil )     c.Sanggurdi ( stapes / sirrup )
3. Telinga dalam
Di temukan tingkap jorong yang berupa selaput , rumah siput ( koklea ) , dan saluran gelung . Rumah siput ( koklea ) adalah saluran spiral yang terdiri dari atas skola vestibule ( di bagian dorsa ) , skala media ( bagian tengah ) dan skala tympani ( bagian ventral ) , serta berisi cairan perilimf dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuara saraf . Ujung saraf tersebut peka terhadap getara yang ditimbulkan oleh cairan tersebut . Semua ujung saraf bersatu membentuk saraf pendengaran. Cairan yang bergetar menstimulasi ujung – ujung saraf . Impuls ujung saraf diteruskan ke pusat pendengaran di otak besar . Otak besar menerima impuls dari ujun saraf . Lalu menerjemahkannya dan mempersepsikannya sebagai suara. Proses penghantaran suara dapat melalui berbagai medium , yaitu :
                                             a. Penghantaran udara
                                           b. Penghantaran suara melalui                                                     tulang
                                            c. Penghantaran tulang telinga                                                                tengah
c.    Alat Yang Digunakan           : Arloji, jam/stopwatch dan meterab
d.   Jalannya Percobaan              : Pertama stopwatch diletakan ke
depan telinga lalu dengarkan suaranya dan dijauhkan secara perlahan hingga terdengar suaranya.
e.    Hasil Percobaan                     : Percobaan pertama yaitu telinga
sebelah kana berjarak sampai 75 cm. sedangkan yang kedua samapi berjarak 45 cm.
Hasil ssebenarnya 1. Sangat di pengaruhi dengan kebisingan, 2. Rata-rata diatas 50 cm, 3. Biasanya telinga kanan lebih jauh daripada telinga kiri.
f.       Kesimpulan                            : Nada selain dihantarkan melalui
udara , dapat juga dihantarkan melalui tulang , yang pada percobaan ini adalah tulang tengkorak . Tapi penghantar suara yang paling baik adalah udara . Sedangkan ketajaman pendengaran dapat dipengaruhi oleh kebisingan ruangan dan beberapa intensitas bunyi yang di persengar .Selain itu sumber suara dapat diketahui tempatnya . Sumber itu akan diyatakan disebelah kiri bila jrak antara sumber itu lebih dekat dengan telinga .
g.    Daftar Pustaka                      :  Bagian Laboratorium Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan . 1997 . Buku Pedoman Praktikum Psikologi Fa’al II . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Univrsitas Ahmad Dahlan
Evelyn , C. Pearce . 2000 . Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : PT. Gramedia
Guyton and Hall . 1997 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : CV. EGC

II.                Percobaan                                        : Keseimbangan                                                                Nama Percobaan                               : 1. Percobaan kedudukan kepala dan
                                                                               mata normal            
Nama Subjek Percobaan                  : Nurhalimah                                                                         Tempat Percobaan                            : Laboratorium Psikologi Faal

a.      Tujuan Percobaan                : Untuk memahami bahwa cairan
endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorag terganggu, memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah di kembalikan seperti sedia kala, melihat adanya nistagmus
b.      Dasar Teori                           : Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur olehaktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yangberperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, sertamenstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.  keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.c.
Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menujuke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung padaimpuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini darireseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaranakan posisi tubuh dalam ruang.Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusatmassa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain. Bagianvestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dangerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulitdi telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri staticmaupun dinamik Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata responsikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.
c.       Alat Yang Digunakan           : Manusia
d.      Jalannya Percobaan              : Pertama jalan dengan mata terbuka
lalu balik badan lalu tengokan kepala kekanan dengan mata tertutup lalu jalan setelah sampai lalu balik badan lagi dan tengokkan kepala kekiri dengan mata tertutup lalu rasakan apa yang dirasakan.
e.       Hasil Percobaan                     : Setelah kepala di tengokan kekanan   
dan kekiri terasa ketidak seimbangan. Hasil sebenarnya yaitu   : 1. dalam sikap tubuh biasa dapat berjalan lurus atau tidak mengalami kesulitan. 2. Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang kekanan dan kekiri tidak dapat berjalan lurus, biasanya berjalan kekiri atau kekanan.
f.       Kesimpulan                            : Informasi keseimbangan berasal
dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketikaterjadi pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkandengan kuat ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalahterjadinya kecenderungan adanya deviasi kearah sisi dimana OP memiringkan kepalanya
g.       Daftar Pustaka                      : NN. (2007). Si Penyebab Kepala

 NN. (2009). Gangguan Keseimbangan. http://minepoems.blogspot.com/. 06 Maret 2010.                18.45.

Bagian Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan . 1997 . Buku Pedoman Praktikum Psikologi Fa’al II . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Univrsitas Ahmad Dahlan


Nama Percobaan                              : 2. Percobaan Kanalis Semisirkulasi Horizontal           
Nama Subjek Percobaan                 : Nurhalimah                                                                         Tempat Percobaan                           : Labolatiriun Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                : Untuk memahami bahwa cairan
endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorag terganggu, memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah di kembalikan seperti sedia kala, melihat adanya nistagmus
b.      Dasar Teori                            : Gangguan keseimbangan dapat
diakibatkan oleh gangguan yang mempengaruhi vestibular pathway, serebelum atau sensory pathway pada medula spinalis atau nervus perifer.Gangguan keseimbangan dapat menimbulkan satu atau keduanya dari dua tanda kardinal: vertigo – suatu ilusi tubuh atau pergerakan lingkungan, atau ataxia – inkoordinasi tungkai atau langkah.
Pendekatan diagnosis. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. 
Kanalis Semisirkularis Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum.
Berdiri. Pasien ataksia yang diminta berdiri dengan kedua kaki bersamaan dapat memperlihatkan keengganan atau ketidak mampuan untuk melakukannya. Dengan desakan persisten, pasien secara berangsur-angsur bergerak dengan kaki saling medekat tapi akan meninggalkan ruang antar keduanya. Pasien dengan ataksia sensorik dan beberapa dengan ataksia vesetibular, meskipun pada akhirnya mampu untuk berdiri dengan kedua kakinya, kompensasi terhadap kehilangan satu sumber input sensorius (proprioceptif atau labyrintin) dengan yang mekanisme lain (yaitu visual).
Melangkah. Langkah terlihat dalam ataksia serebelar dengan dasar-luas, sering dengan keadaan terhuyung-huyung dan dapat diduga sedang mabuk. Osilasi kepala dan trunkus (titubasi) dapat juga ada. Jika lesi hemisfer serebelar unilateral yang bertanggung jawab, maka kecenderungan yang terjadi adalah deviasi kearah sisi lesi saat pasien mencoba untuk berjalan pada garis lurus atau lingkaran atau berbaris pada tempat dengan mata tertutup.
c.       Alat Yang Digunakan           : Manusia
d.      Jalannya Percobaan              : Pertama putar badan kekanan 3 kali
dengan kepal menunduk dan mata tertutup lalu jalan dengan mata terbuka, setelah sampai putar badan  kekiri sebanyak 3 kali dengan mata tertutup dan kepala menunduk lalu jalan dengan mata terbuka.
e.       Hasil Percobaan                     : Setelah kepala di tengokkan
kekanan dan kekiri tersa pusing dan tidak seimbang. Hasil sebenarnya yaitu : 1. Biasanya mengalami kesulitan untuk jalan lurus / normal, karena cairan endorin dan perilin terganggu atau tergejolak. 2. Biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk berjalan lurus seperti yang percobaan pertama karena cairan endorin dan perilin normal kembali. 
f.       Kesimpulan                            : Keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Dan pada saat percobaan kedua tidak terlalu kesulitan berjalan, karena cairan endolimph dan perilimph-nya normal kembali. Jika di putar kedua lebih pusing, maka cairan endolimp dan perilimph baru bekerja.
g.                                                                                                                              g. Daftar Pustaka                  : NN. (2009). Gangguan Keseimbangan                                                                                                  http://minepoems.                                                                                                                        blogspot.com/. 06 Maret 2010. 18.45.
NN. (2007). Si Penyebab Kepala                Berputar. http://www.majalah-                farmacia.com/. 06 Maret 2010. 
16.39.
 
Nama Percobaan                             : 3. Percobaan Nistagmus                                                     Nama Subjek Percobaan               : Nurhalimah                                                                   Tempat Percobaan                           : Labolatiriun Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan                : Untuk memahami bahwa cairan
endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorag terganggu, memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah di kembalikan seperti sedia kala, melihat adanya nistagmus
b.      Dasar Teori                            : Indra pendengar dan keseimbangan
terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
Telinga luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani.
Telinga Tengah (kavum tympanikus). Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.
Telinga Dalam (labirin). Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:
·         Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.
·         Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir pada tingkap bulat.
·         Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani, mengandung endolimfe.
Mengenal Sistem Keseimbangan. Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskular, atau autoimun. Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot]). Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum. Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan makula pada otolit mengatur akselerasi linear.
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga.
c.       Alat Yang Digunakan           : Manusia
d.      Jalannya Percobaan              : Tangan kiri memegang telinga
bagian kanan  lalu tangan kanan  memegang lutut bagian kiri pada saat diputar mata tertutup dan pada saat jalan mata terbuka.
e.       Hasil Percobaan                     : Terasa sangat pusing saat di putar
dan pada saat jalan terasa sangat tidak seimbang.
f.       Kesimpulan                            : Untuk menguji keseimbangan,
penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Bagian luar: Daun telinga, cuping telinga, liang telinga, dan membran thympany.
b. Bagian tengah: Terdiri dari tulang-tulang pendengaran, yaitu: Maleus, Incus, dan Stapes. (MIS).
c. Bagian dalam: Rumah siput (chochlea). Terdapat 2 cairan, yaitu: endolimph dan perilimph yang membuat kita seimbang saat berjalan.
g.      Daftar Pustaka                      :  Murni, A.Y,. (2003). Gangguan
Pendengaran Akibat Bising. http://library.usu.ac.id/. 06 Maret 2010. 19.32.

 NN. (2000). Indera Pendengar. www.free.vlsm.org. 06 Maret 2010. 17.18
NN. (2007). Si Penyebab Kepala Berputar. http://www.majalah farmacia.com/. 06 Maret 2010. 16.39.